Thursday, February 5, 2015

Bos Pertamina Lapor ke Jokowi soal Petral

Bos Pertamina Lapor ke Jokowi soal Petral
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini memanggil Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto ke Istana Negara. Kedatangan Dwi tersebut salah satunya melaporkan mengenai perkembangan PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Pihaknya melaporkan kepada Jokowi bahwa peran Petral dalam hal tender penjualan serta pengadaan impor minyak mentah dan BBM telah dialihkan kepada Intergrated Supply Chain (ISC) Pertamina.

"Kita lapor apa yang sudah kita lakukan. Jadi sudah banyak di Pertamina melakukan perubahan untuk langkah efisiensi. Di mana kalau kita lihat peran Petral sudah kita pindahkan langsung ke Pertamina lewat ISC," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/2/2015).

Lebih lanjut dia mengatakan, pelimpahan hak Petral untuk tender BBM yang dilimpahkan ke ISC merupakan bentuk efisiensi yang diklaim cukup membuahkan hasil signifikan.

"Sehingga, dengan demikian kita bisa mendapatkan upaya efisiensi yang cukup signifikan," terang Dwi.

Selain itu, mantan bos PT Semen Indonesia Tbk ini juga melaporkan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengenai rencana Pertamina untuk membangun kilang minyak yang baru.

Seperti diketahui, perusahaan pelat merah ini berencana membangun dua kilang baru di Balikpapan dan Tuban untuk meningkatkan pasokan BBM. Selain itu, Pertamina juga akan meng-upgrade lima kilang yang sudah dimilikinya.

"Rencana pengembangan, bangun kilang dan sebagainya. Itu yang kita laporkan," pungkas Dwi.


sumber: sindonews.com

Pelimpahan Hak Tender Petral Ke ISC, Pertamina Klaim Sebagai Langkah Efisiensi















KE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan sebagai langkah efisiensi, tugas impor minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak lagi ditangani oleh PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Dwi menjelaskan saat ini yang mengemban tugas tersebut digantikan langsung ke Pertamina melalui Intergrated Supply Chain (ISC). Seperti dikutip dalam okezone.com

Dwi melanjutkan, dengan pelimpahan hak tender BBM Petral ke ISC, merupakan bentuk efisiensi yang diklaim cukup membuahkan hasil signifikan. Selain itu Pertamina berencana membangun dua kilang baru di Balikpapan dan Tuban untuk meningkatkan pasokan BBM. Selain itu, Pertamina juga akan mengupgrade lima kilang yang sudah dimilikinya.

Tidak hanya itu, mantan dirut PT Semen Indonesia ini juga melaporkan mengenai rencana untuk membangun kilang minyak yang baru. (At)


sumber: kabarenergi.com

Bos Pertamina Klaim Pengalihan Petral ke ISC-Pertamina Membuahkan Hasil Signifikan

Bos Pertamina Klaim Pengalihan Petral ke ISC-Pertamina Membuahkan Hasil Signifikan : aktual.co

"Pengalihan fungsi Petral-PES dilakukan sebagai langkah efisiensi. Saat ini peran Petral sudah kita pindahkan langsung ke ISC-Pertamina," ujar Dwi Soetjipto di Istana Merdeka, Kamis (5/2).

Jakarta, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan bahwa tugas impor minyak dan bahan bakar minyak (BBM) saat ini tidak lagi dilakukan oleh PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral-PES). Namun dialihkan ke Integrated Supply Chain (ISC-Pertamina).

"Pengalihan fungsi Petral-PES dilakukan sebagai langkah efisiensi. Saat ini peran Petral sudah kita pindahkan langsung ke ISC-Pertamina," ujar Dwi Soetjipto di Istana Merdeka, Kamis (5/2).

Dirinya mengklaim bahwa pelimpahan hak tender BBM Petral ke ISC cukup membuahkan hasil yang signifikan. Selain menyampaikan peralihan Petral ke ISC-Pertamina, dirinya juga menyampaikan rencana membangun kilang minyak yang baru.

"Kita juga melaporkan rencana untuk membangun kilang dan pengembangan lainnya," pungkasnya.

Untuk diketahui, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bahwa proses tender pengadaan minyak mentah yang dilakukan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina sudah dilaksanakan dan telah menghasilkan dua pemenang yakni Socar dengan minyak mentah Azeri sebesar 2 juta barel dan Vitol dengan minyak mentah Nigeria sebesar 2 juta barel. Keduanya merupakan trader minyak mentah, sama halnya dengan Petral.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi menyatakan ketidaksetujuannya jika Pertamina harus membeli minyak dari trader. Meskipun Pertamina telah mengklaim penunjukan itu sudah melewati mekanisme tender yang terbuka dan transparan, pengadaan minyak melalui trader bukanlah hal yang sejalan dengan langkah efisiensi.

"Katakanlah memang transparan, terbuka dan sesuai aturan. Lalu menang si A si B misalnya. Saya berpendapat tetap tidak efisien. Karena kalau yang menang ini trader, bukan produsen, yah pasti trader ini akan memperoleh fee, keuntungan. Padahal dia bukan penghasil minyak. Dia kan membeli minyak yang kita butuhkan dari produsen dan dari penghasil," terangnya.

Ia menegaskan, seyogyanya Pertamina sebagai badan usaha yang memiliki wewenang bertransaksi dimanapun, dapat membeli minyak langsung kepada produsen baik itu National Oil Company (NOC) ataupun International Oil Company (IOC).

sumber: aktual.co

Bos Pertamina 'Ngaku' Belum Tahu Hasil Tender ISC

Bos Pertamina 'Ngaku' Belum Tahu Hasil Tender ISC : aktual.co


"ISC kemarin udah tender, ada 53 perusahaan yang ikut. Kemudian sudah ditunjuk pemenangnya yaitu Socar dan Vitol. Harganya udah bagus itu," ujarnya.


Jakarta, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengaku belum menerima laporan terbaru terkait hasil pemenang tender pengadaan minyak mentah yang dilakukan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.

Perlu diketahui, tender Crude oil yang pertama sekali dilakukan oleh ISC Pertamina yang prosesnya terkesan sangat tertutup kabarnya telah menghasilkan pemenang tender yaitu Socar dengan minyak mentah Azeri sebesar 2 juta barel dan Vitol dengan minyak mentah Nigeria sebesar 2 juta barel.

"Iya prosesnya sudah berjalan tapi saya belum dapat update, sudah diumumkan atau belum," kata Dwi saat ditemui di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (2/2).

Mantan dirut Semen Indonesia itu mengklaim bahwa tender tersebut merupakan tender terbuka dan bukan tender tertutup. Prosesnya sendiri diakui Dwi sudah cukup transparan.

"Terbuka kok, transparan itu. Informasinya lewat media," singkatnya sambil berlalu.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Bambang mengakui bahwa proses tender sudah dilaksanakan dan telah menghasilkan dua pemenang yakni Socar dengan minyak mentah Azeri sebesar 2 juta barel dan Vitol dengan minyak mentah Nigeria sebesar 2 juta barel.

"ISC kemarin udah tender, ada 53 perusahaan yang ikut. Kemudian sudah ditunjuk pemenangnya yaitu Socar dan Vitol. Harganya udah bagus itu," ujarnya.

Proses Tender Perdana, Pengamat Minta ISC Pertamina Harus Transparan

Proses Tender Perdana, Pengamat Minta ISC Pertamina Harus Terbuka Pada Publik

Jakarta, EnergiToday-- Pengamat energi dari Reforminer Komiadi Notonegoro, mempertanyakan proses tender perdana 'Crude Oil' ISC-Pertamina yang terkesan dilakukan secara tertutup dan tidak transparan. "Semangatnya harus terbuka. Bukan hanya kepada Petral dan NOC lainya, kepada publik juga harus terbuka," kata Komaidi saat dihubungi wartawan, seperti dikutip dalam Tribunnews.com, Senin (02/02).

Menurutnya, jika keadaannya seperti itu maka kinerja ISC-Pertamina tidak lebih baik dari Petral. Menurutnya, Petral bisa lebih terbuka saat melakukan proses tender. Untuk itu dirinya meminta ISC-Pertamina melakukan tender terbuka, maka harus diumumkan di media atau paling tidak ada website online yang menyebutkan mereka punya kerjaan dengan spesifikasi yang lengkap.

Diketahui, proses tender perdana 'Crude Oil' ISC-Pertamina dibawah pimpinan Daniel Purba yang dilakukan pada 27 Januari lalu. Tender pengadaan minyak itu sendiri diketahui untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri periode April 2015. Setidaknya ada dua jenis minyak mentah sebanyak empat juta barel yang ditenderkan ISC-Pertamina, yakni minyak dari Azeri-Azerbaijan dan Qua Iboe/bonny light-Nigeria, informasi yang beredar ada peserta tender yang bukan NOC dimenangkan meskipun tidak memiliki penawaran terendah.

Hal ini sangat jauh Rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) pimpinan Faisal Basri yang menekankan transparansi dalam reformasi migas dianggap tidak menyentuh esensi permasalahan tata kelola minyak dan gas bumi Indonesia. Lebih lanjut dikatakan Komaidi, rekomendasi yang diajukan Faisal Basri Cs masih bersifat makro dan tidak memiliki usulan-usulan yang dirinci secara jelas. Selain itu, lanjutnya, anggota Tim RTKM sendiri dinilai tidak paham dengan permasalahan utama terhadap pengelolaan sumber daya yang seharusnya menguntukan bagi rakyat Indonesia.

sumber: energitoday.com

Tender Minyak Pertamina ISC Menuai Kritik

99
Jakarta, Tak kunjung diumumkannya pemenang tender minyak mentah PT Pertamina melalui Integrated SupplyChain (ISC) serta proses tender yang cenderung tak transparan terus menuai kritik dari berbagai kalangan.

"Saya menangkap gelagat pemerintah ini hendak menjadikan BUMN sebagai lahan bancakan, khususnya Pertamina," kata pengamat ekonomi energi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng, seperti dikutip dalam Sindonews.com,  Jumat (30/01). Dugaan itu kemudian diperkuat dengan pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas oleh Menteri ESDM Sudirman Said yang setelah dibentuk tim tersebut langsung mengumumkan pembubaran Petral.

Salamuddin mengatakan, tujuan pengkerdilan Petral hanya untuk mengganti importir yang kabarnya memiliki kedekatan dengan penguasa. Tidak diumumkannya pemenang tender dan proses tender yang tidak transparan, pihaknya menilai pemerintah telah mengabaikan prinsip good corporate governance (GCG).

Pasalnya, tak dibeberkan ke publik jenis minyak apa saja yang diimpor, berapa harga yang ditawarkan, siapa saja peserta tender, dan apakah mereka trader atau langsung penghasil minyak.

sumber: energitoday.com

Diduga Tender Minyak Mentah ISC Tidak Transparan













JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha mendesak PT Pertamina (Persero) dan Integrated Supply Chain (ISC) untuk menjelaskan secara rinci tender perdana crude oil yang sedianya dilakukan pada 27 Januari 2015, karena diduga tidak transparan. Tender itu untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah periode bulan April 2015, dan terdapat dua Jenis minyak yaitu empat juta barel untuk jenis Azuri dan Qua Iboe-Nigeria. Namun, proses tender mulai dari pengumuman pemenang justru tidak terbuka, ini justru berbeda dengan pernyataan Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri. "ISC-Pertamina harusnya transparan, kepada publik soal tender minyak mentah. Karena isu ini adalah isu sensitif dan berpotensi menggerus keuangan negara," tutur Satya. Menurutnya, publik harus ikut mengawasi jalannya tender minyak mentah, karena sesuai pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto dan Tim Rencana Tata Kelola Migas Faisal Basri soal transparansi tender minyak. "ISC dibawah pimpinan Daniel Purba sudah seharusnya mengumumkan kepada publik terkait bagaimana mekanisme tender minyak mentah, berapa jumlahnya, bagaimana teknisnya," tuturnya. Seharusnya sebelum tender minyak di lakukan, harus mengumumkan terlebih dahulu, sehingga para peserta tender dapat melihat secara jelas teknis dan mekanisme yang dibutuhkan. Pengumuman juga dilakukan secara terbuka dengan melibatkan media atau website online yang bisa di akses publik. Berbeda jika tender tertutup karena hanya berdasarkan undangan masing-masing kontraktor.

sumber: beritaheadline